Suatu hari, kami berempat (Wilda, Risdha, Mahani, dan Ratri), berencana untuk mengisi liburan semester ganjil di Lombok yang artinya jalan lurus dari Ampenan di NTB dan Bali. Setelah bersepakat, kami memiliki waktu tiga bulan untuk menyisakan uang gaji kami. Kami pun mulai menabung dan hidup hemat. Akhirnya budget pun terkumpul.
Kalau Anda ingin puas belanja, kuliner, dan berpetualang di tempat wisata, Anda
harus menyiapkan uang sekitar 6 jutaan.
Bulan September 2011, kami membeli tiket pesawat Jakarta-Lombok dan Lombok-Bali. Kami menggunakan maskapai Lion air. Karena konsepnya backpacker, kami pun mencari tiket promo. Akhirnya kami mengalokasikan 1 juta dengan spesifikasi 700 ribu untuk penerbangan Jakarta-Lombok dan 300 ribu untuk Lombok-Bali.
Tahap
berikutnya browsing losmen. Berkat
Mbah Google, akhirnya kami menemukan Losmen Tjabe Merah, Jalan Saleh Sungkar,
Gang Cabe Merah, Ampenan, Lombok, NTB. Losmen ini sangat bersih, nyaman,
strategis karena terletak di tengah kota, harganya pun terjangkau bagi kaum backpacker. Losmen ini menyediakan dua
jenis kamar: 1) kamar dengan kapasitas dua orang, fan, dan kamar mandi seharga Rp80.000,00 per malam, 2) kamar dengan
kapasitas dua orang, AC, TV, dan kamar
mandi cukup membayar Rp130.000,00 per malam. Tapi, untuk reservasi tidak bisa booking dan bayar DP, kita cukup
menelefon owner losmen. Jika Anda berminat, silahkan hub. 0818362905 atau bisa
buka web http://www.lomboktravelnet.com/lombok-gili-hotel/losmen-cabe-ampenan.html
Berikut foto-foto Losmen Cabe Ampenan
Empat
bulan telah berlalu, tiba waktunya, Holiday
i'm coming....^^
Tanggal
1 Januari 2012, Minggu pagi pukul 06.00 kami bertiga berangkat menuju terminal
bus damri di Baranang Siang Bogor. Namun, Mahani, salah satu teman kami
melewati jalur Bandung karena dia telah menghabiskan malam tahun baru dengan
keluarganya di Bandung.
Pukul 10.00 kami tiba di Bandara Soekarno Hatta terminal A, lalu kami pun bertemu dengan Mahani. Waktu itu hujan deras mengguyur bandar udara tercinta. Tanpa membuang waktu, kami pun memasukkan ransel dan koper ke bagasi pesawat.
12.00 kami berangkat. Alhamdulilah pukul 14.30 sampai di Bandar Udara Internasional Lombok. Catatan: Perbandingan waktu di Lombok dan Jawa adalah satu jam lebih awal karena WITA. Sekarang lokasi bandaranya pindah ke Praya, Lombok Tengah dari Mataram, Lombok Barat.
Kemudian, kami dijemput oleh sopir Anti, murid kami yang
masih duduk di kelas X. Kami langsung meluncur ke rumah Anti untuk rehat
sejenak sambil ikut salat zuhur. Setelah itu, kami beranjak ke Losmen Tjabe
Merah Ampenan. Selesai menyimpan koper dan mengehubungi resepsionis, kami pun
observasi ke Senggigi beach. Jarak penginapan kami sangat strategis, ke
Senggigi Beach hanya membutuhkan waktu 15 menit. Hari itu merupakan hari
pertama kita terjebak macet karena stagnasi di Lombok merupakan suata hal yang
langka.
Pada hari kedua, Schedule kami adalah perjalanan ke
Tanjung Aan Beach, Seger Beach, Kuta Beach, suku Sasak Desa Sade, Pusat
Kerajinan Gerabah di Banyumulek, ditutup dengan makan di Restauran Ayam Bakar
Taliwang Ibu Diah.
Losmen tempat kami menginap tidak menyediakan sarapan, jadi
untuk mengganjal perut di pagi hari, kami makan nasi padang yang berada di
sekitar daerah tersebut. Akses pencarian makanan lokal dan halal sangat mudah
di Lombok karena mayoritas penduduknya beragama Islam. Kami menginap di Lombok
selama enam hari. Dua hari sewa mobil, empat hari menggunakan taxi.
Senin, 2 Januari 2012 pukul 08.00 kami berangkat menuju
Tanjung Aan Beach. Sebagai alat tranportasi, kami menggunakan mobil sewaan dari
jasa travel. Catatan: Jika Anda ingin puas menjelajah Lombok, cari travel yang
ngerti banget area Lombok. Harga sewa mobil Rp400.000,00 per 8 jam. Kalau overtime, kena charge 35.000 per jam. Kami mendapat servis plus-plus yaitu Bapak
Awalaudin selain sebagai driver, beliau mencakup guide tour, fotografer, dan pelawak. Oya, hasil jepretan dia bagus
lho... karena dia sering mengantar tamu yang berprofesi sebagai fotografer jadi
ketularan deh keahliannya.
Jika Anda merencanakan holiday
beramai-ramai, kami punya tips dalam mengelola keuangan. Setiap hari kami
bergiliran menjadi bendahara. Kami mengalokasikan uang Rp300.000,00 per hari
(transportasi, makan, masuk wahana wisata) belum termasuk beli oleh-oleh. Jadi
dana yang terkumpul Rp1.200.000,00 per harinya. Tapi, selalu ada kembaliannya
karena berempat, kami dapat menghemat pengeluaran.
Tanjung Aan Beach
Ah....Segarnya es degan ini ditemani dua gadis belia penjual kain tenun asal Lombok
Tampilan bukit di Seger Beach
Ini adalah tempat melahirkan ibu-ibu suku sasak
di Desa Sade. Lantai ini dipel dengan menggunakan kotoran kerbau, konon
menurut kepercayaan suku sasak ini dapat menguatkan lantai.
Try to make gerabah, Pusat Kerajinan Gerabah, Banyumulek
Ayam Bakar Taliwang Ibu Diah
Selasa, 3 Januari 2012, pukul 08.00 kami menuju pusat
kerajinan emas dan mutiara di Sekarbela. Alat transportasi yang kami gunakan
adalah angkutan umum. Hal yang unik di sana, sopir angkutannya mengikuti tujuan
penunpang, jadi tidak ada trayek yang jelas.
Mutiaranya bagus-bagus lho, harganya beragam, mulai dari 20.000-an s.d.
2 jutaan. Benda-benda yang berbahan dasar mutiara antara lain: kalung, cincin,
gelang, anting, dan bros. Kami pun langsung kalap menyerbu tempat itu.
Setelah menyetok buah tangan untuk ortu, nenek, kakek, paman,
bibi, dan teman, kami pun beranjak ke Taman Narmada. Di taman ini terdapat pura
dan yang paling khas adalah air suci narmada. Konon menurut kepercayaan orang
sana, air tersebut dapat membuat kulit awet muda dan mempermudah segala hajat
kita. Karena rasa penasaran yang menggelora, kami pun masuk ke tempat
konservasi air narmada itu. Kalau yang sedang berhalangan, dilarang memasuki
area ini karena dianggap sebagai tempat suci. Harga tiket masuk penangkaran air
ini adalah Rp50.000,00. Kemudian, identitas kami ditanyakan oleh pawang tempat
tersebut. Beliau langsung melakukan ritual berbasis agama Hindu, kami diam
tanpa kata. Lalu, kami dipersilakan untuk membasuh wajah dengan air narmada
tersebut dan meminumnya. Aku dan Risdha hanya membasuh wajah saja, tetapi
Mahani meminumnya. Ratri tidak masuk karena sedang berhalangan. Sebenarnya kami
tercengang, ternyata kondisi di dalamnya seperti itu. Atas dasar penghargaan
dan penghormatan terhadap tempat yang dianggap suci oleh warga Lombok, kami pun
tetap bertahan walau hati menolaknya. Namun, sepanjang perjalanan Mahani
merasakan penyesalan teramat sangat karena telah meminum air tersebut. Catatan:
jika Anda beruntung, Anda akan menemukan ular di muara air narmada itu, namun
waktu itu kami tidak menemukannya.
Setelah puas menyisir dan berfoto-foto di Taman Narmada, kami
pun makan siang di Pasar Cakra yang ditempuh dengan berjalan kaki dari tempat
tersebut. Waktu itu, aku dan Mahani makan bakso, sedangkan Risda makan nasi.
Sambal Lombok itu pedeeeeessss banget lho, mungkin rawitnya khas. Satu tetes
aja seperti makan sambal jawa dua sendok makan. Baksonya itu beda, tidak
seperti di Jawa Barat yang komposisinya bakso, mie, dan sayuran, di Lombok
hanya terdiri dari bakso dan bihun saja.
Usai menghilangkan rasa lapar di perut, kami pun rehat
sejenak ke losmen. Selesai puas istirahat dan salat zuhur, kami dijemput taxi
untuk jalan-jalan sore di Senggigi Beach. Yang banyak beroperasi di sana adalah
blue bird taxi. Argonya sangat murah karena di sana tidak ada macet dan sistem
perhitungannya cukup lambat. Area senggigi beach sudah menjadi hak milik hotel,
jadi kita tidak bisa sembarang main di pantai tersebut. Hotel-hotel di
sepanjang Senggigi Beach dijubeli
oleh wisatawan asing. Setelah mendapat spot
yang bagus, kami berdiam diri sambil menunggu sunset. Deburan ombak dan peselancar menghiasi pemandangan pada
sore itu, tampilan bukit yang indah menyempurnakan inderaku yang lelah
menjalani rutinitas di kantor. Detik berganti menit, menit berganti jam, namun sunset yang ditunggu-tunggu tak muncul
juga karena tertutup awan merah. Hmmmm.... i’m
not lucky.... Dengan wajah kuyu dan berat hati, kami pun perlahan-lahan
meninggalkan Senggigi Beach. Di
tengah-tengah perjalanan, akhirnya sunset
itu muncul juga walaupun masih tertutup awan setengah bagiannya. Tanpa
menghilangkan kesempatan, kami pun berpose dengan sang raja siang tersebut.
Acara hari ini ditutup dengan makan bakso yang lumayan terkenal kelezatannya dan
kebetulan posisinya terletak di dekat tempat tinggal kami.
Pusat kerajinan mutiara dan emas, Sekarbela
Sebelum memasuki ke air Narmada, harus memakai kain kuning dulu
Suasana di tempat konservasi air narmada 'air awet muda :D'
Sunset in Senggigi Beach
Rabu, 4 Januari 2012. Kali ini kami lebih awal, mobil
jemputan sudah mejeng dari pukul 07.00 masih ditemani sang driver yang penuh kehangatan yaitu Pak Awaludin. Kali ini medannya
cukup jauh yaitu ke Lereng Gunung Rinjani. Kami sangat menikmati perjalanan
ini. Kami berhenti si setiap bukit hanya sekadar numpang foto aja. Hehe...
Bukit Malimbu dan Bukit Nipah sangat berkesan di mata kami, terutama Bukit Nipah
seperti lukisan alam. Netra kami sangat dimanjakan oleh pemandangan nan
sempurna tersebut.
Pukul 10.00 WITA kami sampai di Lereng Gunung Rinjani.
Setelah memarkirkan mobil, kami pun mulai berjalan menyusuri anak tangga, arus
air, dan bebatuan dengan ditemani seorang guide
yang bernama Mas Adit. Dengan penuh semangat dan canda tawa, perjalanan pun tak
terasa. Kami telah sampai di Air Terjun Sendang Gile. Di sini banyak dikunjungi
oleh wisatawan domestik. Kami langsung bercengkerama dengan kesejukan air
tersebut dan tidak lupa pasang aksi dan gaya di depan kamera.
Setelah puas dengan kesegaran Air Terjun Sendang Gile, kami
langsung tancap gas melanjutkan perjalanan kembali. Kami semakin agresif dalam perjalanan
menyusuri hutan itu. Akhirnya, kami tiba di Air Terjun Tiu Kelep, Tiu artinya
embun, Kelep artinya berterbangan. Jadi, Tiu Kelep artinya embun yang
berterbangan. Cocok banget dengan namanya karena panorama di area tersebut
memang seperti embun yang berterbangan, air terjunnya berundak-undak. Spot ini yang paling diminati oleh
wisatawan asing. Kami pun cukup lama menikmati tempat ini.
Setelah puas, kami berjalan meninggalkan tempat nan indah
tersebut. Untuk menghemat energi yang telah terkuras, kami menggunakan tenaga
arus air, jadi kami berjalan di kolam arus. Sangat menyenangkan karena ini
sangat alami. Karena aku tidak membawa ganti, sepanjang jalan aku kedinginan
ditambah dengan hembusan AC yang begitu kuat.
Kami pun singgah sejenak ke losmen untuk ganti baju dan salat
asar, namun sopir kami tetap sabar menunggu di garasi losmen. Setengah jam
berlalu, kami pun siap untuk melancong lagi. Tujuan pertama kami adalah
Restauran Seafood Ikan Bakar 99, Cakranegara. Setelah menikmati segala hidangan
yang tersaji di meja, kami pun beranjak keliling kota Mataram. Kami berkunjung
ke kantor Gubernur Mataram, menyusuri keramaian kota. Pulangnya kami diantar
oleh taxi. Hidangan makan malam yaitu bakso khas Lombok yang terletak di depan
losmen kami.
Bukit Malimbu
Bukit Nipah
Air Terjun Sendang Gile
Air Terjun Tiu Kelep 'Embun yang Berterbangan'
Seafood ikan bakar 99, Cakranegara
Kantor Gubernur Mataram
Hari kelima, Kamis, 5 Januari 2012. Tempat yang akan kami
tuju adalah Gili Trawangan. Kali ini, aku yang jadi bendahara. Hehe... Setelah packing peralatan, kami langsung
menelefon taxi blue bird Lombok untuk segera menjemput kami. Dalam hitungan
menit, sebuah taxi siap mengantar kami. Berangkaaaaattttt...
Alhamdulilah kami telah sampai di terminal. Untuk ke Gili
Trawangan, kami harus ke Pelabuhan Bangsal terlebih dahulu. Kami menggunakan Cidomo
(sejenis andong) untuk menuju ke Pelabuhan Bangsal. Ongkosnya Rp15.000,00.
Lalu, kami membeli tiket perahu untuk menyeberang ke Gili Trawangan seharga
Rp10.000,00 per orang. Lalu kami pun naik perahu berwarna biru untuk sampai ke
sana, uniknya kami disatukan dengan bahan-bahan makanan (sayuran, buah, ikan,
daging, dsb.)
Welcome To Gili
Trawangan...... what a beautifull
Gili... pasir putih, laut terhampar membiru. Ada dua transportasi untuk menyisir
keindahan tempat ini, pertama yaitu cidomo dengan harga 300.000, kedua adalah
sepeda dengan harga 50.000 seharian sampai puas. Kami segera menyewa 4 sepeda,
hmmmm untungnya semua bisa mengayuh sepeda. Lalu kami pun mencari Rudiawan,
teman Mahani, yang bekerja di Bar untuk menjadi guide kami. Setelah berkeliling, akhirnya ditemukanlah Sama Sama
Reggae Bar. Kami pun diantar ke tempat penangkaran penyu, lalu langsung ganti
kostum untuk snorkeling. Tp, sayang
terumbu karangnya sudah jelek, tidak berwarna lagi.
Setelah puas snorkeling.
Kami pun kelaparan, lalu kami makan di rumah makan yang terletak sekitar area
tersebut. Makanan di sini cukup murah, hanya dengan Rp15.000,00 bisa makan
sepuasnya. Rasanya enak dan pedesnya khas banget. Menunya variatif, ada rendang
telur, tongkol cabik, tumis kangkung, ayam goreng, telur ceplok, rendang sapi,
urab sayur.
Gili Trawangan
Jumat, 6 Januari 2012, kami terbang menuju Bali. Dari
Denpasar Internasional Airport kami
menggunakan Taxi Bali. Tujuan kami adalah Losmen Cempaka yang terletak di Poppies
Lane II, Legian St. Br. Pangabetan, Kuta, Bali. Ini adalah area backpaker untuk bule. Harga losmen per
malam 170.000 dengan kapasitas untuk 2 orang, fasilitas: satu tempat tidur
spring bed, satu kamar mandi, dan breakfast
panecake, teh/kopi, dan buah. Area
ini berada di tengah-tengah kota, outlet pakaian dan makanan berjajar di sana
sini, namun harga bule. Setelah menghilangkan keringat yang membasahi tubuh dan
salat zuhur, kami pun berjalan-jalan keluar untuk mencari taxi karena area ini
tidak bisa dimasuki mobil. Kami pun langsung meluncur ke Kresna. Di sini
beragam oleh-oleh khas Bali tersedia sangat lengkap, mulai dari makanan, tas,
baju, celana, aksesori, sandal, sepatu
ada dan harganya pun relatif murah.
Tak lengkap rasanya bila singgah di Bali, tidak menyempatkan
diri ke Joger ‘Pabrik Kata-kata’. Kami pun langsung menuju ke sana. Harga di
sini sedikit lebih mahal dibandingkan dengan Kresna, namun memiliki keunikan
tersendiri. Tak terasa perut meronta-ronta minta diisi, kami pun berjalan-jalan
mencari makanan halal. Menu makan sore itu adalah nasi goreng dan teh botol.
Sambil asik menikmati makanan, kami mendapat kenalan baru dari travel. Obrolan
kami begitu menyenangkan, sampai akhirnya dia promosi penyewaan mobil. Harga
yang ditawarkan sangat murah yaitu 350.000 per 12 jam sudah termasuk driver dan
BBM. Namun, kami sudah menyewa mobil seminggu sebelum acara liburan ini tiba
dengan harga 380.000 per 8 jam. Kenalan baru kami mengantarkan pulang ke losmen
dengan cuma-cuma tanpa bayaran. Alhamdulilah bisa menghemat pengeluaran hehe...
Sabtu, 7 Januari 2012, 07.30 WITA sarapan. Sopir telah
menjemput kami. Tempat yang akan kami kunjungi adalah Dreamland Beach, Tanah Lot Beach,
Padang-Padang Beach, Uluwatu, dan Blue
Marlin Cafe di Jimbaran. Mobil hanya bisa parkir di Monumen Bali karena ini
adalah tempat satu-satunya yang berjarak dekat dengan losmen. Driver kami
bernama Pak Gede. Sepanjang perjalanan kami mengobrol tentang culture Bali. Bali adalah pulau eksotis
yang dikenal oleh mancanegara. Hal ini sangat menguntungkan warga Bali karena
dapat memberikan omzet yang besar. Akan tetapi, tabungan mereka hanya ditujukan
untuk upacara ngaben. Prosesi sakral tersebut membutuhkan biaya paling sedikit
75 juta. Nominal uang yang sangat tinggi untuk membayar harga sebuah mayat.
Uang sebesar itu dianggarkan untuk membiayai keluarga terdekat si mayat karena
selama enam hari anggota keluarga tersebut tidak bekerja dan segala kebutuhan
hidup di-supply dari uang tersebut.
Itulah alasan biaya upacara ngaben sangat tinggi.
Di sepanjang perjalanan mata kami tak henti-hentinya
memandangi pure yang dibangun di setiap rumah. Bentuknya pun beragam,
tergantung besar kecilnya ukuran rumah. Semakin besar rumah maka semakin besar
dan bagus purenya. Waktu terasa singkat, kami pun tiba di Tanah Lot Beach. Keunikan area ini adalah
keberadaan pure di tengah laut, ombaknya sangat besar berpasir hitam. Kemudian
kami beranjak ke Dreamland Beach.
Keindahan tempat ini adalah pasir putih, anginnya super kencang, batu karang
yang sangat tajam.
Tempat tidur Losmen Cempaka
Kamar Mandi Losmen Cempaka
Taman inklud tempat sarapan Losmen Cempaka
Menu sarapan versi Losmen Cempaka
Tanah Lot Beach
Dream Land Beach
Padang Padang beach
Uluwatu
Blue Marlin Cafe at Jimbaran
Daftar menu dan harga Blue Marlin Cafe
Suasana malam di Hard Rock Cafe
Lombok - Bali....paradise island....tak lekang oleh waktu, begitu melekat dalam ingatan kami....
Lombok tetaplah menjadi sang perawan, Bali tonjolkan terus budayamu agar lebih progresif dan variatif....
Yang ke Jogja belum di publikasikan ya :)
BalasHapusUdah dong. Cek aja yang judulnya "Golden Sunrise at Dieng Plateau" :)
BalasHapusrekap pengeluarannya please?
BalasHapus