Jumat, 18 Oktober 2013

Edutainment at Cisarua Mountain Dairy




            Hai bro and sist.... pa kabar semuanya? Semoga tetep asyik ya menjalani rutinitasnya. Setelah mati suri selama sembilan bulan (bumil kali yang nunggu detik-detik buat lahiran :D), aku baru sempet update blog ini lagi karena..... Ya maklumlah, kegiatanku amat sangat padat ditambah kondisi labil hatiku yang tak berkesudahan sehingga mengkudeta motivasiku buat nulis (lebay mode on :D). Kali ini aku akan membahas kunjunganku bersama murid ke cimory. Cekidot.....
            Selasa, 28 Mei 2013, pukul 05.30 WIB, aku, Hani, dan muridku (32 orang) melakukan kunjungan ke Cimory. Bagi penyuka susu dan yoghurt, kalian pasti familiar dengan nama brand ini. Cimory adalah akronim dari Cisarua Mountain Dairy. PT ini merupakan Industri Pengolahan Susu (IPS) yang terletak di daerah pegunungan Cisarua, Bogor, Jawa Barat. PT Cisarua Mountain Dairy didirikan pada tahun 2006 dan merupakan salah satu anak perusahaan Macro Group, yang bergerak di dalam bidang pangan berbasiskan empat protein alami terbaik yaitu daging (PT Macroprima Panganutama), susu (PT Cisarua Mountain Dairy), telur (PT Java Egg Specialities), dan kacang kedelai (PT Indosoya Sumber Protein).
            PT Cimory sangat peduli terhadap kehidupan peternak susu di Indonesia. Dalam upaya untuk mengurangi impor susu bubuk serta menaikkan taraf hidup para peternak, PT ini menyerap susu lokal dengan harga yang sangat baik. Artinya, semua produk yang diproduksi oleh PT ini berbahan dasar susu segar, hasil dari bumi Indonesia. 

 

Guys.... Coba kalian perhatikan tulisan di atas gedung Cimory Resto ada gambar dua bendera, yang satu berwarna merah, putih, sedangkan, yang satu lagi berwarna merah, putih, biru. Ayo tebak.... itu lambang bendera negara mana? 1... 2... 3.... Yups, betul banget. Itu lambang bendera negara Indonesia dan Belanda. Yang jadi pertanyaan, kenapa ada lambang bendera Belanda di sana? Filosofinya adalah PT Cimory telah banyak belajar ilmu tentang pengolahan susu dari negeri kincir angin tersebut. Seperti peribahasa yang mengatakan “Cimory bukan kacang yang lupa pada kulitnya.” Jadi, penggunaan bendera merah, putih, biru adalah sebagai bentuk terima kasih Cimory kepada negeri tersebut.
            Bagi yang berminat melakukan Cimory Dairy Tour atau Edutainment, kalian cukup membayar Rp90.000,00 untuk satu orang. Biaya tersebut sebagai pembayaran kunjungan selama di Cimory, makan siang, goody back (satu liter freshmilk dan dua bungkus susu kedelai). Prosesi pembayarannya bisa melakukan down payment terlebih dahulu sebesar 30% atau minimal Rp1.000.000,00. Untuk setiap pembayaran kelipatan 1 juta, dapat gratis satu orang dengan servis atau pelayanan yang sama. Waktu itu, total uang yang harus kami bayar adalah Rp1.880.000,00. Jadi, pas banget, dapat gratis untuk dua orang pendamping. Pembayaran bisa melalui transfer via BCA A/C 764 039 0535 A/N YOSUA LESTIJANTO. Untuk keterangan lebih lanjut, bisa menghubungi Mr. Donny Souisa di 081323113237. Penting!!! Jangan lupa bukti transfernya. Jika lupa, kalian bisa dicekal. Berabe kan.... hehehe....
            Program kegiatan peternakan:
1.      Dimulai dari jam 8.30 – 1.00 Welcome Drink “Cimory Fresh Milk” (Susu Segar khas Cimory)
  1. Kunjungan ke Peternakan Mini Cimory, Pembelajaran tentang Memberi makan pada sapi dan memerah susu sapi
  2. Kunjungan ke Pabrik Cimory
  3. Film Pendidikan tentang Dairy (susu, mentega, keju)
  4. Makan siang
Menu Pilih salah satu :
  1. Chicken steak + kentang goreng + Air Mineral
  2. Sosis Panggang + Kentang goreng + Air Mineral
  3. Nugget ayam + Nasi + Air Mineral
  4. Bee Teriyaki + Nasi + Air Mineral
  5. Sayap ayam madu + Nasi + Air Mineral
  6. Nasi Goreng Ayam Barbeque + Air Mineral
Dua jam perjalanan Cidahu – Bogor. Usai menyelesaikan administrasi, kami langsung disambut oleh welcome drink. Nyes..... manisnya susu beraroma cokelat perlahan melewati tenggorokanku dengan santun. Kami langsung diajak oleh Mr. Cow (guide tour cimory) ke peternakan mini cimory. Kami belajar banyak hal, mulai dari pemilihan sapi unggul, proses pengolahan, sampai produksi. Cimory menggunakan “sapi perah” (sapi betina) yang berwarna hitam putih jenisnya "FRISIAN HOLSTEIN" alias "FRIES HOLLAND" alias "SAPI FH". Sapi FH sendiri berasal dari negara Belanda, khususnya dari Provinsi Friesland yang berada di Belanda Utara.
Sapi FH memiliki ciri khas berikut ini :
  1. Tentunya, pola warna hitam-putih bercak-bercak yang begitu tersohor di seluruh penjuru dunia ini! :D
  2. Bulu ujung ekor bewarna putih.
  3. Bulu bagian bawah sekitar paha hingga ujung betis biasanya dominan hitam atau putih membujur dari atas ke bawah.
  4. Ambing (Ambing? Apaan, tuh?! Ambing dalam bahasa manusianya adalah payudara! :D) yang besar dan kokoh.
  5. Kepala yang mengerucut dengan posisi tanduk yang "menusuk" ke depan.
Sapi FH paling dominan jadi sapi perah di dunia karena kemampuan produksi susunya yang di atas rata-rata jenis-jenis sapi perah lainnya, yaitu dengan kemampuan 6000-8000 liter/tahun, atau 500-700 liter/bulan, atau 15-20 liter/hari.
Sapi FH pertama kali datang ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda circa akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang bertujuan untuk menaikkan kapasitas produksi susu di Hindia Belanda, peternakan sapi perah FH diperkirakan pertama kali di Cisarua dan Lembang. Populasi sapi FH semakin berkembang dan menyebar ke seluruh wilayah Jawa Barat yang memiliki suhu udara yang dingin semacam Sukabumi, Pangalengan.
 Sistem perkembangbiakan sapi di Cimory melalui inseminasi buatan. Sapi betina tiga minggu sekali mengalami birahi, sedangkan sapi jantan tiga jam sekali. Jika perkawinan dilakukan secara alami, petugas peternakan akan kewalahan karena setiap tiga jam sekali mereka harus mengangkat tubuh sapi jantan seberat 900 kg. Oleh karena itu, untuk kemudahan dan kelancaran pengembangbiakannya, dilakukanlah inseminasi buatan.
Owner Cimory adalah Pak Bambang (asli Indonesia). Beliau berkeinginan meningkatkan konsumsi protein orang Indonesia dan ingin meningkatkan kuantitas penduduk Indonesia yang kurang mengonsumsi susu. Sapi termasuk hewan pemamahbiak. Tentunya kita sering mendengar istilah ini, mungkin di antara kalian ada yang belum paham mengenai makna di balik nama tersebut. Okay... begini penjelasannya. Lambung sapi terbagi menjadi 4 bagian. Ketika rumput dimakan oleh sapi, rumput tersebut akan masuk ke lambung 1. Kemudian, dikeluarkan lagi dan dikunyah di mulut. Lalu, masuk lagi ke lambung 1, dilanjtkan ke lambung 2, ke lambung 3, dan ke lambung 4. Setelah itu, keluar menjadi kotoran. Waw... rempong banget ya, tetapi itulah keunikan sapi. Bayangin, kalau lambung manusia seperti itu?? Hehe... Ya, begitulah kekuasaan Allah, subhanalloh banget ya :)

Dalam usaha susu ini, peternak harus memperhatikan 3 M (manajemen kandang, manajemen pakan, dan manajemen pemerahan). Sapi itu lebih higienis dibanding manusia (lho...kok...??? jangan suuzon dulu ya). Sapi harus mandi 4x sehari alasannya karena kualitas keberseihan sangat berpengaruh terhadap kualitas susu. Jika susu sapi bau amis setelah dipears, itu tandanya produksi yang tidak sehat.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai kiat-kiat menjaga kebersihan sapi:
  1. Ketika sapi bunting (IMHO, dari umur 3-9 bulan), kebutuhan gizi untuk perkembangan si jabang pedet (halagh!) tidak terpenuhi--kemungkinan besar pedet yang lahir dalam kondisi jelek.
  2. Pasca kelahiran tidak juga diawasi dengan baik, sehingga bisa terkena infeksi penyakit dan menjadikan sapi bibit unggul mandul permanen.
  3. Masih ada yang membuang atau menjual susu induk sapi yang masih mengandung colostrum ketimbang diberikan kepada si pedet sehingga menghasilkan sapi yang kerdil, dan 4L (Lemah, Letih, Lesu, Letoy) serta doyan sakit-sakitan.
  4. Selama masa pertumbuhan pedet, kebutuhan pakan diberikan tidak sempurna, sehingga hasilnya menjadi sapi-sapi dewasa yang mini-mini.
Di peternakan mini tersebut kami mendapat pengetahuan mengenai cara-cara pengolahan susu. Ada 5 jenis pengolahan susu, di antaranya:
1.         Pasteurisasi atau freshmilk
2.         UHT (Ultra High Temperature)
3.         Sterilisasi
4.         Susu bubuk
5.         Susu kental manis
           Proses pengolahan susu adalah sebagai berikut. Pertama-tama, mesin pengisap dihubungkan dengan puting susu sapi untuk memerah susu yang kemudian disimpan sementara dalam sebuah tangki. Susu segar yang dikumpulkan dari setiap peternakan kemudian dipindahkan ke tangki yang lebih besar lagi, tempat susu itu kemudian diaduk dan dihomogenisasi. Yang sebenarnya terhomogenisasi adalah butiran-butiran lemak yang ditemukan dalam susu segar.
            Susu segar terdiri dari sekitar 4% lemak, tetapi sebagian besar lemak tersebut terdiri dari partikel-partikel lemak yang berbentuk butiran-butiran kecil. Semakin besar partikel lemak, semakin mudah mereka terapung. Jika susu segar dibiarkan, lemak akan menjadi sebuah lapisan krim di permukaan. Ketika sekali atau dua kali meminum susu botol pada saat mash kecil, saya ingat melihat lapisan krim lemak berwarna putih di bawah tutup botolnya. Saat itu, susu tidak dihomogenisasi, jadi partikel-partikel lemaknya mengapung ke permukaan pada saat transportasi.
            Kini, sebuah mesin yang disebut mesin homogenisasi digunakan dan secara mekanis partikel-partikel lemak pun dipecah menjadi lebih kecil. Hasil akhirnya adalah susu homogen. Namun, pada saat homogenisasi berlangsung, lemak susu yang terdapat dalam susu segar berikatan dengan oksigen sehingga mangubahnya menjadi lemak terhidrogenisasi (lemak teroksidasi). Lemak terhidrogenisasi berarti lemak yang terlalu banyak mengandung teroksidasi atau telah berkarat. Seperti halnya semua lemak terhidrogenisasi, lemak dalam susu homogen buruk bagi tubuh.
            Namun, proses pengolahan susu belum selesai sampai di situ. Sebelum dipasarkan, susu homogen harus dipasteurisasi dengan panas untuk menekan berkembangbiaknya berbagai kuman dan bakteri. Berikut ini adalah empat cara dasar pateurisasi susu:
  1. Pasteurisasi suhu rendah berkelanjutan (LTLT= Low Temperature Long Time ‘suhu rendah waktu lama’). Pateurisasi dengan memanaskan hingga 62,20 – 650C selama 30 menit. Cara ini biasanya disebut pasteurisasi suhu rendah.
  2. Pasteurisasi suhu tinggi berkelanjutan (HTLT= High Temperature Long Time ‘suhu tinggi waktu lama’). Pasteurisasi dengan memansakan hingga lebih dari 750C selama lebih dari 15 menit.
  3. Metode suhu tinggi waktu singkat (HTST= High Temperature Short Time). Pasteurisasi pada suhu lebih dari 720C selama lebih dari 15 detik. Cara ini merupakan pasteurisasi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
  4. Pasteurisasi suhu sangat tinggi (UHT= Ultra Hight Temperature). Pasteurisasi dengan memanaskan hingga 1200 – 1300C selama 2 detik (atau hingga 1500C selama 1 detik).
(Sinya, 2011:95-99)
            Susu kental manis adalah makanan yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan pemanis nutritive yang dipergunakan cukup untuk mencegah pembusukan. Kadar gula dalam produk konsentrasinya antara 63,5 – 64% yang dibutuhkan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme.
Gula yang digunakan adalah sukrosa atau gula tebu. Fungsi gula selain sebagai pemanis juga pengawet yang bertujuan untuk mencegah pembusukan akibat mikroorganisme yang terdapat pada susu. Konsentrasi gula pada konsentrasi tertentu dapat menaikkan tekanan osmossis sehingga menyebabkan dehidrasi sel mikroba . Gula yang digunakan dalam prioses produksi harus memenuhi standar yang ditetapkan untuk menjaga kualitas produk akhir. (Prayitno, 2010)
Susu bubuk berasal susu segar baik dengan atau tanpa rekombinasi dengan zat lain seperti lemak atau protein yang kemudian dikeringkan. Umumnya pengeringan dilakukan dengan menggunakan spray dryer atau roller drayer. Umur simpan susu bubuk maksimal adalah 2 tahun dengan penanganan yang baik dan benar. Susu bubuk dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu susu bubuk berlemak (full cream milk prowder), susu bubuk rendah lemak (partly skim milk powder) dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk prowder) (SNI 01-2970- 1999) (Anonimus b, 2009).
Dari semua proses pengolahan susu tersebut memiliki ketahanan dan kualitas yang berbeda. Semakin cepat masa kadaluarsa susu, kualitas susu tersebut semakin bagus. Akan tetapi, semakin lama masa ketahanan susu, kualitas susu tersebut semakin jelek.
Usai talkshow di peternakan mini cimory, kami langsung belajar memerah susu. Sebelum itu, Mr. Cow berpesan agar kami memerahnya pelan-pelan. Jika terlalu keras, akan berakibat fatal dan menimbulkan infeksi pada ambing si sapi. Setelah itu, kami menonton film dokumenter tentang kronologi perkembangan perusahaan cimory. Lalu, kami makan siang. Setelah itu, kami belajar membuat milkshake. 

 Area talk show di peternakan mini cimory

 Mr. Cow sedang menjelaskan prosedur pemerahan susu

 Contact person Cimory edutainment

 Narsis dulu depan sapi Frisian Holstein







 Area tempat bermain pengunjung

 Cimory resto, menu siang itu chicken teriyaki + capcai + nasi + air mineral





Minggu, 27 Januari 2013

Golden Sunrise at Dieng Plateau



           Libur semester telah tiba. Tak lengkap rasanya jika tidak melangkahkan kaki ini dalam berpetualang di alam liar. Dalam waktu satu hari, aku, Teh Yun, dan Miss Dj memutuskan untuk menjelajahi kawasan Dieng karena holiday kali ini bertepatan dengan hari pernikahan sahabatku, Risdha Diana yang berlokasi di Payaman, Jawa Tengah. Alhamdulillah untuk transportasi ada yang berbaik hati meminjamkan avanza sepaket dengan sopirnya.
            Jumat, 28 Desember 2012, pukul 08.00 WIB kami berangkat. Perjalanan Sukabumi – Magelang via jalur selatan. Selama dalam perjalanan, aku melihat banyak tragedi kecelakaan. Di kawasan Cipatat, kami melihat sebuah mobil kijang inova menabrak rumah warga. Kondisi kaki pengendaranya bersimbah darah dengan ekspresi wajah yang memilukan. Tragedi berikutnya yaitu terbaliknya dua buah mobil tronton karena overload membawa kayu dan pasir di daerah Cirebon.
            Pukul 18.00 kami singgah di sebuah masjid kawasan Wanareja, perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk salat magrib dan isya. Setelah itu, kami mampir ke kedai sate untuk makan malam. Usai menikmati kuliner tersebut, kami langsung melanjutkan perjalanan. Suara Boyce Avenue, Christina Perry, David Archuleta, Daniel Bedingfield, Nidji, Gigi, Brian MC Knight, serta derasnya air hujan menyelimuti kami dalam lelapnya tidur.
            Jam 24.00 kami rehat sejenak untuk membersihkan muka dan sikat gigi di sebuah POM bensin daerah Purwokerto. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di rumah calon manten tepat pukul 02.30 dini hari. Kami pun langsung tepar di balik selimut tebal.
            Sabtu, 29 Desember 2012, pukul 07.00 Prosesi akad Risdha dan Taufiq dimulai. Suasana begitu hening dan khidmat. Time to pray... “Salah satu waktu yang baik untuk memanjatkan doa adalah ketika prosesi akad nikah karena semua malaikat menjadi saksi dan ikut mengaminkan doa kita”. Happy wedding ya sahabatku, semoga menjadi keluarga samara. Selanjutnya, makan-makan dan pemotretan hehehe.....
            Kami langsung tancap gas ke Dataran Tinggi Dieng. Di sinilah mulai penjelajahan kami. Payaman – Secang – Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara – Dieng. Kami berhenti di sebuah masjid kawasan Dieng. Seorang guide menghampiri kami, lalu ditunjukkan beberapa homestay untuk kami bermalam di sana. Akan tetapi, cukup sulit juga menemukan yang kosong karena semuanya nyaris sudah di-booking. Akhirnya, kami pun menemukan Homestay Hinggil yang cukup dekat dengan jalan raya dan masjid, yang terpenting adalah terdapat sarana air panas karena cuaca di sana sangat dingin. Harga homestay tersebut Rp150.00,00 per malam. Menu makan malam pada waktu itu adalah mie ongklok, susu jahe, dan martabak telur.
            Minggu, 30 Desember 2012, Pukul 04.00 pagi kami mendaki untuk melihat keeksotisan golden sunrise at Dieng Plateau. Tanpa sarapan, kami nekat melakukan eksplorasi itu. Mendaki dan terus mendaki, walau lelah dan terjal, tetap semangat. Akhirnya kami tiba di puncak (Bukit Sikunir) tepat waktu. Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada Musim Kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ‘embun racun’ karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Kawasan Dieng merupakan penghasil sayuran dataran tinggi untuk wilayah Jawa Tengah. Kentang adalah komoditas utama. Selain itu, wortel, kubis, dan berbagai bawang-bawangan dihasilkan dari kawasan ini. Selain sayuran, Dieng juga merupakan sentra penghasil carica ‘pepaya gunung’ dan jamur.
            Sang surya pun muncul, langsung kusambut dengan camera pocket-ku. Setelah semua momen terekam sempurna di balik lensa kameraku, kami pun beranjak turun. Mie rebus, cilok goreng, kentang goreng, dan Purwaceng Susu (minuman tradisi kuno dataran tinggi dieng yang terbuat dari rempah-rempah dan susu) memberikan suntikan energi untuk tubuh kami. 

 Sunrise at Sikunir Hill

 Negeri di atas awan @Bukit Sikunir

 Kami berada di 2000 m di atas permukaan laut
 Bukit Sikunir

 Panorama Dataran Tinggi Dieng di atas Bukit Sikunir
 Telaga Cebong
Tempat parkir kawasan DTD


Tak hanya berhenti di Bukit Sikunir, petualangan kami berlanjut ke Telaga Warna. Cukup membayar Rp9000,00 (Rp7.000,00 untuk tiket masuk dan Rp2.000,00 untuk masker) kami bisa menikmati keindahan telaga ini. Menurut warga sekitar, berbagai warna yang muncul di telaga ini konon diakibatkan oleh jatuhnya batu perhiasan seorang bangsawan ke dalam telaga. Akibatnya, warna air di telaga ini menjadi beraneka ragam. Akan tetapi, secara ilmiah warna-warna yang tampak dari telaga ini diakibatkan oleh adanya kandungan batu belerang di dalamnya. Ketika terkena matahari, warna ini akan dibiaskan dan ditangkap oleh mata menjadi warna-warna seperti merah, hijau, biru, putih, lembayung. Di area ini juga terdapat banyak gua untuk bersemedi.


 Telaga Warna

Panorama Pohon Pinus dan  Telaga Warna
  Foto dulu.... :D




Tak lengkap rasanya jika ke Dieng Plateau tidak mampir ke Kawah Sikidang. Dengan uang Rp30.000,00 untuk tiga orang, kami sudah bisa menikmati Kawah Sikidang dan Kompleks Candi Arjuna. Sikidang adalah kawah yang paling populer dikunjungi wisatawan. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah, namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (kidang dalam bahasa Jawa). Ketika kami beranjak pergi dari kawah, terdapat sekelompok gatot kaca beserta kereta kencananya. Ya... jika mau berfoto dengan mereka, harus membayar Rp5.000,00. Tapi, aku nggak berani karena kostum mereka yang menyeramkan.


View Kawah Sikidang





Saat mendekati parkiran mobil, tiba-tiba Teh Yun muntah. Aku dan Dj panik dan diam sejenak untuk memulihkan kondisinya. Setelah agak baikan, kami pun melanjutkan perjalanan ke Kompleks Candi Arjuna. Sesampainya di sana, Teh Yun sudah terkulai lemas dan tak sanggup untuk berjalan. Akhirnya, dia menunggu di mobil dengan sopir. Aku, Dj, dan Pak Guide terus berjalan menikmati view perkebunan kentang, Kompleks Candi Arjuna, Bukit Tubbies, dan Museum Kailasa. Untuk menghilangkan rasa dingin, kami membeli jagung bakar dengan harga Rp4.000,00. Setelah puas menikmati pemandangan di sana, kami pun kembali ke penginapan.

 Perkebunan kentang

Museum Kailasa










 Perjalanan menuju Kompleks Candi Arjuna
 Bukit Tubbies

Kompleks Candi Arjuna




Oh.... ternyata. Sakit Teh Yun berkelanjutan. Kami pun memanggil tukang pijat. Kondisi lumayan mereda. Kami langsung menuju ke Yogyakarta. Akan tetapi, di tengah perjalanan daerah Salaman, Teh Yun sudah tak berdaya. Kami pun singgah di sebuah masjid. Sambil berpikir antara melanjutkan perjalanan ke Yogya atau langsung ke Pangandaran atau mampir ke rumah teman, tiba-tiba ada tabrakan motor antara vario dan honda beat yang dikendarai oleh perempuan. Spontanitas aku berlari menghampiri si korban. Alhamdulillah, semuanya selamat, hanya luka-luka kecil saja. Kembali ke Teh Yun, dia masih muntah-muntah. Aku miris melihatnya. Akhirnya, kami memutuskan ke Klinik saja agar Teh Yun mendapatkan perawatan intensif.
Alhamdulillah tidak begitu sulit untuk mencari klinik di daerah itu walaupun kondisi fasilitas dan bangunannya seadanya. Kami langsung menuju ruang UGD sambil memboyong Teh Yun. Lambungnya masih menolak makanan. Obat yang masuk pun dimuntahkan kembali seutuhnya. Kami terus menunggu hingga kondisi membaik, namun belum ada perubahan juga. Kami memutuskan untuk mencari hotel agar Teh Yun mendapatkan perawatan maksimal. Perjalanan kami ke arah Purworejo. Akhirnya, ditemukanlah Hotel Bagelen. Perlahan tapi pasti, obat dan makanan bisa diterima oleh lambungnya. Keesokan harinya, alhamdulillah Teh Yun pulih total. Kami segera meluncur ke Pangandaran.

 Teh Yun terbaring lemas tak berdaya 
di UGD Puskesmas Salaman hiks.....:(


Senin, 31 Desember 2012, pukul 15.00 kami tiba di Pangandaran. Namun, kondisi begitu pengap. Lautan dijubeli banyak pengunjung, parkiran penuh, susah bergerak. Kami tidak nyaman. Pukul 20.00 kami memutuskan untuk pulang saja ke Sukabumi.



Pangandaran Beach

Yap.... perjalanan yang cukup melelahkan dan menyenangkan :)