Anak-anakku.....
Akan tiba masa ketika kalian dihadang badai dalam hidup.
Bisa badai di luar diri kalian, bisa badai di dalam diri kalian.
Hadapilah dengan tabah dan sabar, jangan lari.
Badai pasti akan berlalu.
Anak-anakku....
Badai paling dahsyat dalam sejarah manusia adalah badai jiwa, badai rohani, dan badai hati.
Inilah badai perjalanan dalam menemukan dirinya yang sejati.
Inilah badai yang bisa membongkar dan mengempaskan iman, logika, kepercayaan diri, dan tujuan hidup.
Akibat badai ini bisa lebih hebat dari badai ragawi.
Menangilah badai rohani dengan iman dan sabar, kalian akan menjinakkan dunia akhirat
Anak-anakku....
Bila badai datang, hadapilah dengan iman dan sabar.
Laut tenang ada untuk dinikmati dan disyukuri.
Sebaliknya laut badai ada untuk ditaklukkan, bukan untuk ditangisi.
Bukankah karakter pelaut andal ditatah oleh badai yang silih berganti melintas lautan tak bertepi.
Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi dengan sabar.
Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung.
Sabar yang bisa membuatmu sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin,
bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan.
Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa, dan sabar yang berlebih-lebih.
Bagaimana tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup sudah digelung nestapa akut.
Hanya dengan sungguh-sungguhlah jalan sukses terbuka.
Tapi hanya dengan sabarlah takdir itu terkuak menjadi nyata.
Dan Tuhan selalu memilihkan yang terbaik dan paling kita butuhkan.
Itulah hadiah Tuhan buat hati yang kukuh dan sabar.
Segala sesuatu itu ada waktunya.
Aku ikhlaskan tangan Tuhan menuntunku meraih segala impian ini.
Terima Kasih A. Fuadi, Kau telah memberikan pencerahan kepadaku atas paradigmamu dalam barisan tinta penuh inspiratif dalam Novel Ranah 3 Warna sehingga aku bisa survive dalam menjalani kehidupan ini........^_^
00.02 WIB, Asrama Putri Alka, 21 September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar